Jumat, 19 September 2014

Sekilas Tentang AYAH

 Sekilas Tentang AYAH 





Dia terlihat orang yang angkuh, padahal tidak. Dia hanya tidak suka bicara. Dia hanya bicara pada yang penting saja, atau yang menarik hatinya.

Dia tidak pernah menasehatiku. Dia tidak pernah bertanya bagaimana pendidikanku. Apa harapanku di masa depan, dia lebih-lebih tidak pernah bertanya.

Sepintas, dia terlihat tidak peduli. Bukan, dia bukan tidak peduli. Nasehatnya telah termanifestasi dalam segenap perbuatannya. Sudah sering aku melihatnya bekerja dengan telapak kakinya yang pecah karena terinjak pecahan keong mas, tidak sedikit pun dia mengeluh. Pernah juga dia jatuh dari atap rumah waktu membuat atap rumah orang, besoknya dia naik lagi. Dia mengajariku arti kerasnya kehidupan dan kerja keras.

Demi pendidikanku, dia memberi tanpa takut miskin. Tidak pernah dia mengeluh banyaknya permintaanku, dia selalu mencukupkannya, bahkan sering dia lebihkan. Bagaimana bisa dia tidak peduli pendidikanku?


Suatu hari ketika masih SMP, aku ditahan di Kapolres. Saat itu tim kami yang ikut melakukan demonstrasi ditangkap. Dia paling cemas dari seluruh keluargaku. Dia hanya mondar mandir di rumah tanpa mau makan dan lainnya. Dia yang paling sibuk bertanya-tanya bagaimana keadaaku di sana. Bagaimana dia tidak peduli tentang kesehatanku?

Dia tidak perlu bertanya apa masa depanku, apa keinginanku. Dia percaya kepadaku. Kepercayaannyalah yang menuntunku sampai kepada pendidikan yang paling diridhai-Nya.

Dia telah memberikan banyak hal kepadaku. Pemberian yang tak kan pernah bisa kulunasi sampai kapan pun.

Ayah...

Maafkan anakmu. Dulu ketika masih kecil aku sering berhayal andai jadi anak orang kaya, yang punya segala mainan...Dulu aku sering berhayal andai kita punya rumah mewah seperti orang lain, pasti hidupku lebih bahagia.

Maafkan aku...Kini aku sadar, andai aku terlahir dari ayah yang kaya, tapi bejat, apa jadinya aku sekarang. Kini aku sadar, andai waktu kecil aku punya banyak mainan, mungkin aku tidak bisa membaca sampai saat ini. Lebih2 tidak bisa membaca kitab, berbicara bahasa inggris, mengoperasikan komputer, menulis kaligrafi, dll. Bahkan untuk menulis secuil kisah tentangmu pun aku mungkin tak mampu.

Ayah...Untuk apa rumah mewah itu? Bila keluarga kita tak bahagia. Bila dalam rumah hanya menjadi neraka saja. Aku sadar, rumah itu tidak ada artinya bila memuakkan orang yang ada di dalamnya.

Maafkanlah anakmu...Itu hanya andaian anak kecil...

Ayah. Hanya doa yang bisa kupanjatkan kepada yang maha Kuasa, yang maha perkasa, semoga mengampuni segala dosa-dosamu dan selalu melimpahkan rahmat-Nya kepadamu, dan kepada kita semua. Aamiin.

By Ustad Mahlizar 

0 komentar:

Posting Komentar