Sabtu, 16 Agustus 2014

KONTRIBUSI KOMUNIKASI NON VERBAL DALAM AKTIVITAS DAKWAH SANTRI (Studi Kasus Dayah Putri MUDI Mesjid Raya Kec. Samalanga Bireuen)


BAB SATU
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Secara umum, dakwah terbagi dalam tiga tipologi yaitu dakwah bil hal, dakwah bil lisan dan dakwah bil qalam. Dakwah bil lisan merupakan aktualisasi dari penyampaian pesan dari subjek dakwah (komunikator) terhadap mad’u (komunikan) melalui perantaraan bahasa verbal dan nonverbal. Dakwah bil lisan tidak hanya diimplementasikan dalam bentuk tabligh atau ceramah, namun juga dapat diwujudkan dalam proses belajar mengajar (pembelajaran).
 Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/ media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluran/ media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran atau didikan yang ada dalam kurikulum.[1]
Pesan berupa isi ajaran dan didikan yang ada di kurikulum dituangkan oleh guru atau sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi baik simbol verbal (kata-kata lisan ataupun tertulis) maupun simbol non verbal atau visual. Proses penuangan pesan ke dalam simbol-simbol komunikasi itu disebut encoding. Selanjutnya penerima pesan menafsirkan simbol-simbol komunikasi tersebut sehingga diperoleh pesan. Proses penafsiran simbol-simbol komunikasi yang mengandung pesan-pesan tersebut disebut decoding.[2]
            Secara tidak langsung dalam proses belajar mengajar melibatkan dua pola komunikasi yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Meskipun secara teoritis, komunikasi nonverbal dapat dipisahkan dari komunikasi verbal, namun dalam kenyataannya kedua komunikasi tersebut jalin menjalin dalam komunikasi tatap muka. Dalam komunikasi ujaran, rangsangan verbal dan rangsangan nonverbal itu hampir selalu berlangsung bersama-sama dalam kombinasi. Kedua jenis rangsangan itu diinterpretasikan bersama-sama oleh penerima pesan.[3]
 Keterlibatan komunikasi nonverbal memberikan kontribusi besar dalam hal kelancaran belajar mengajar. Hal ini dapat dilihat dari fungsi utama komunikasi nonverbal yang dapat diaplikasikan dalam proses belajar mengajar. Salah satu fungsi tersebut dapat terlukiskan dari perilaku mata misalnya; kedipan mata, pembesaran manik mata (pupil dilation) yang menunjukkan isyarat marah atau peningkatan emosi. Contoh yang lain adalah mimik wajah. Senyuman misalnya, dapat mengisyaratkan perasaan senang dan bahagia. Gambaran proses belajar mengajar seperti di atas merupakan pencerminan dakwah bil lisan.
Pengaruh komunikasi nonverbal tersebut dapat terlihat dari reaksi murid atau siswa dalam menerima pesan yang disampaikan oleh guru. Tatapan mata dan gerak tangan guru sangat berpengaruh ketika penyampaian materi pelajaran. Hal ini dapat terlihat baik di sekolah dasar, menengah, maupun di perkuliahan. Dayah atau pesantren yang berfungsi sebagai wahana penyampaian pesan dan perubahan perilaku manusia juga tidak terlepas dari pengaruh komunikasi nonverbal dalam setiap aktivitas dakwahnya yaitu belajar mengajar.
Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga sebagai salah satu pusat dakwah atau transmisi ilmu juga tidak terlepas dari pengaruh komunikasi nonverbal disetiap kegiatan dakwah atau belajar mengajar. Hal ini dapat terlihat pada pola pembelajaran di komplek putri yang diasuh oleh guru putri.[4] Dalam kegiatan tersebut, komunikasi nonverbal berpengaruh besar walaupun lebih didominasi oleh komunikasi verbal.
Bertitik tolak dari uraian di atas, penulis merasa perlu untuk mengkaji dan meneliti lebih lanjut tentang bagaimana kegiatan dakwah dalam proses belajar mengajar yang dipengaruhi oleh keterlibatan komunikasi nonverbal yang berlangsung di dayah MUDI Mesjid Raya Putri.
             
B.       Rumusan Masalah
Sejalan dengan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, permasalahan yang ingin teliti dalam penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:
1.      Apa saja factor-faktor pendukung efektifitas dakwah?
2.     Bagaimanakah kontribusi komunikasi nonverbal terhadap aktivitas dakwah santri di dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga?
C.   Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kerancuan dan kesalahpahaman, penulis akan menjelaskan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini.
1.      Kontribusi
Kontribusi adalah sumbangan[5]. Kontribusi yang dimaksudkan oleh penulis di sini adalah pengaruh positif atau kegunaan dari komunikasi nonverbal dalam pelaksanaaan pendidikan.
2.      Komunikasi nonverbal
Secara harfiah komunikasi bermakna pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.[6] Sedangkan kata non berarti bukan atau tidak.[7] Kata verbal bermakna secara lisan.[8] Secara umum komunikasi nonverbal diartikan sebagai bentuk komunikasi yang tidak menggunakan kata-kata, baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi nonverbal menggunakan tanda-tanda melalui tubuh, meliputi gerak tubuh, ekspresi muka, dan nada suara.
3.      Aktivitas
Aktivitas adalah keaktifan atau kegiatan.[9] Aktivitas yang dimaksudkan olehpenulis di sini adalah segala kegiatan santri yang berhubungan dengan pengembangan dakwah.
4.      Dakwah
Dakwah adalah seruan untuk memeluk, mempelajari dan mengamalkan ajaran agama.[10] Dakwah yang dimaksudkan oleh penulis di sini adalah usaha mengajak manusia ke jalan yang baik, yang dapat dilakukan melalui kegiatan belajar mengajar.
5.      Santri
Santri adalah orang yang mendalami ilmu agama Islam.[11] Santri yang dimaksudkan oleh penulis di sini adalah para pelajar yang sedang menimba ilmunya di pondok pesantren.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah:
1.        Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung efektifitas dakwah
2.        Untuk mengetahui bagaimana kontribusi komunikasi nonverbal terhadap aktivitas dakwah santri di dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga
Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai kajian keilmuan mengenai kegunaan komunikasi nonverbal dalam kegiatan dakwah atau proses pembelajaran.

E.    Telaah Kepustakaan
Sejauh pengamatan penulis dalam melakukan peninjauan kepustakaan dan menelusuri seluruh koleksi di perpustakaan, baik dalam bentuk laporan penelitian maupun karya ilmiah lainnya mengenai aktivitas dakwah dayah MUDI MESRA Samalanga yang telah telah ada, seperti dalam salah satu laporan penelitian mahasiswa STAI al-Aziziyah Samalanga yang melakukan penelitian tentang” Peran Dayah MUDI MESRA dalam Pembinaan Dakwah Islamiyah”, yang merupakan laporan penelitian  Saiful Bahri H. Ishak. Dia  menyimpulkan bahwa faktor pendorong pembinaan dakwah Islamiyah di Dayah MUDI Mesra adalah pengaruh peraturan, adanya da’i-da’i yang telah berhasil dan lain sebagainya. Itu semua merupakan upaya-upaya yang dilakukan oleh Dayah MUDI Mesra dalam pembinaan dakwah Islamiyah. Dia menyarankan agar adanya satu kebijakan dalam usaha peningkatan dan penyempurnaan fisik Dayah MUDI Mesra sehingga santri mempunyai minat dan antusias yang tinggi terhadap pendidikan dakwah Islamiyah.[12] Menurut penulis, penelitian ini mengkaji tentang aktivitas dakwah MUDI Mesra dalam wacana yang umum dan belum memfokuskan pada pengaruh komunikasi nonverbal dalam aktivitas dakwah di MUDI Mesra.
Azizah Muhammad, dalam laporan penelitiannya yang berjudul ”Stagnasi Pengaderan Muballighah dalam Muhadharah (studi kasus: Pelaksanaan Muhadharah di Dayah MUDI Putri Mesjid Raya)”  Penelitian ini difokuskan pada aktivitas dakwah yang berlangsung di Dayah Putri MUDI Mesra. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa aktivitas dakwah yang bersifat retorika publik di Dayah Putri MUDI Mesra dikembangkan melalui pelaksanaan muhadharah. Walaupun ditemui berbagai kendala dan faktor penghambat dalam pelaksaannya, namun ada harapan dari peneliti agar adanya pembenahan manajemen pelaksaanaan dan kaderisasi sehingga ditemukan pencapaian out put yang maksimal.[13] Namun dalam penelitian ini secara spesifik juga tidak mengkaitkan adanya pengaruh komunikasi nonverbal dalam aktivitas dakwah di MUDI Mesra.
Penulis berkesimpulan bahwa judul “Kontribusi Komunikasi Nonverbal dalam Aktivitas Dakwah (Studi Kasus: Dayah Putri MUDI Mesjid Raya Samalanga)” termasuk kajian yang belum pernah dibahas. Hal ini merupakan kondisi yang sangat mendukung dalam penelitian ini. Di samping itu, masalah ini sangat urgen untuk diangkat ke permukaan untuk menemukan solusi yang konkrit terhadap masalah yang timbul.
Untuk melakukan penelitian ini dan mengungkapkan permasalahan juga didukung oleh referensi yang memadai yang terdapat dari koleksi perpustakaan yang tersedia, antara lain: Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (2003), buku ini membahas tentang hakikat komunikasi nonverbal dan berbagai pengaruh yang ditimbulkan oleh komunikasi nonverbal. Arief S. Sadiman, Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya (2005), dalam buku ini dibahas tentang keterkaitan antara proses belajar mengajar dengan komunikasi dan komponen-komponen proses komunikasi. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (2004), buku ini mengemukakan deskripsi tentang berbagai tujuan dakwah dan juga membahas tentang fungsi, sistem, unsur-unsur, eksistensi dan pengembangan dakwah.
F.       Metode Penelitian
1.    Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat studi lapangan (field research) dengan menggunakan pendekatan kualitatif . Meskipun demikian telaah kepustakaan dan dokumen (library research) dalam batas-batas tertentu juga tetap dilakukan, terutama menyangkut dengan pengembangan dakwah, manajemen dakwah, dan ilmu komunikasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu metode penelitian yang mendiskripsikan situasi atau kejadian-kejadian[14] dengan pendekatan kualitatif, yaitu metode penelitian yang menggunakan untuk meneliti kondisi dan objek yang alamiah dan dilakukan penelitian oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah.[15]
2.      Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ditetapkan di dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga Kab. Bireuen. Penulis memilih dayah tersebut sebagai lokasi penelitian karena dayah tersebut merupakan salah satu dayah tertua dan terbesar di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Selain itu, dayah tersebut sudah memiliki kurikulum yang terformat dengan baik dan sistematis yang didukung oleh tenaga pengajar dengan jumlah yang banyak.
3.      Sumber Data
Untuk mendapatkan data yang valid, penulis menggunakan sumber data sebagai berikut:
a.         Sumber data pustaka, yaitu penulis menggunakan sejumlah literatur yang mendukung penulisan ini, baik literatur primer maupun sekunder.[16] Literatur tersebut seperti buku-buku atau karya ilmiah yang dapat digunakan sebagai sumber rujukan pembahasan ini, antara lain buku-buku tentang ilmu komunikasi dan juga buku-buku tentang ilmu dakwah.
b.        Sumber data lapangan, yaitu menggunakan sejumlah informasi dari informan[17] yang diwawancarai sebagai sumber data. Selain itu penulis juga menggunakan hasil analisa dari sejumlah pengamatan langsung ke lapangan yang telah dirangkum dalam bentuk abstraksi.
4.      Teknik Sampling/ Purposive Sampling
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa sumber data lisan/ wawancara. Oleh karena penelitian ini bersifat kualitatif, maka sampling bertujuan untuk menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul, tidak digunakan sampel acak tetapi digunakan sampel betujuan (purposive sampling).[18] Maka penulis tidak perlu menentukan jumlah nara sumbernya dan pengambilan data dari nara sumber tersebut akan berakhir apabila penulis merasa bahwa data-datanya sudah cukup. Pada penelitian ini, sumber data digunakan tidak dalam rangka mewakili populasinya tetapi lebih cenderung mewakili informasinya.[19]
5.      Teknik Pengumpulan Data
Untuk menjawab permasalahan penelitian yang telah dirumuskan, digunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a.         Observasi yaitu pengamatan yang cermat terhadap objek yang diteliti untuk mengumpulkan data, selanjutnya penulis mencatat seperlunya. Dalam hal ini penulis melakukan pengamatan terhadap proses belajar mengajar  di dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga. Instrument yang digunakan adalah lembar pengamatan yang akan memuat sejumlah data mengenai aktivitas dakwah/ belajar yang dilakukan oleh santriwati.
b.        Wawancara yaitu mengadakan komunikasi langsung dengan informan guna memperoleh data-data yang relevan. Adapun informan yang diwawancarai adalah ketua kelas, dan beberapa orang santri dan tiga orang guru senior. Instrument yang digunakan adalah pedoman wawancara.
c.         Telaah Dokumen yaitu  menelaah setiap bahan tertulis, berupa memo, pengumuman dan lain-lain. Dalam hal ini penulis menganalisis dokumen-dokumen yang terdapat di kantor MUDI Mesjid Raya (putri), diantaranya peraturan-peraturan, data statistik, dan lain-lain.
6.         Teknik Analisis Data
Semua data yang sudah terkumpulkan diolah satu persatu dan akan diterjemahkan dari bahasa lisan ke dalam bahasa tulisan, namun diusahakan sedapat mungkin agar dapat menyampaikan maksud dari informan. Apabila data yang diperoleh berasal dari sumber tulisan atau pustaka, maka penulis akan mengklasifikasikan sesuai dengan kepentingan masing-masing. Setelah semua data diolah, maka penulis akan menganalisa satu persatu data yang dikemukakan oleh mereka masing-masing.
7.         Teknik Penulisan
Untuk keseragaman penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada Pedoman Penulisan Karya Ilmiah yang di terbitkan oleh STAI Al-Aziziyah Samalanga, tahun 2008.
G.      Sistematika Pembahasan
Untuk memperoleh pembahasan yang sistematis dan mendapatkan paparan yang sesuai dengan topik bahasannya, maka penulisan skripsi ini akan diuraikan dalam empat bab yang diulas beberapa sub bab. Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut:
Bab pertama, merupakan bab pendahuluan yang diuraikan dalam beberapa sub bahasan antara lain; latar belakang masalah, definisi operasional, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah kepustakaan, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab dua, membahas tentang efektifitas komunikasi nonverbal, konsep komunikasi nonverbal dalamaktivitas dakwah, dan hubungan komunikasi nonverbal dan manajemen dakwah.
Bab tiga,  deskripsi Dayah putri MUDI Mesjid Raya, kontribusi komunikasi nonverbal dalam aktivitas dakwah santriwati MUDI Mesjid Raya, pengaruh komunikasi nonverbal dalam peningkatan kapasitas dakwah santriwati di dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga, dan analisis penulis.
Bab empat, merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran

 BAB EMPAT
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Efektifitas dan efesiensi dalam penyelenggaraan dakwah merupakan suatu hal yang harus diprioritaskan, dalam hal ini komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam proses yang digunakan oleh manusia dalam usaha untuk membagi arti melalui transmisi pesan simbolis. Hal ini karena tanpa komunikasi yang efektif antara subjek dan objek dakwah, maka penyampaian pesan dakwah akan terhenti. Oleh karena itu, kerangka acuan dakwah dibangun untuk menciptakan sebuah opini yang sebagian besar diperoleh dari informasi melalui komunikasi.
2.      Medium utama komunikasi adalah secara lisan dan tertulis, namun pesan yang diterima atau yang dikirim sangat dipengaruhi oleh faktor nonverbal seperti gerakan tubuh, pakaian, gaya bicara atau ekspresi dan lain sebagainya. Dalam proses dakwah harus ada keselarasan antara komunikasi verbal dan nonverbal. Seorang da’i atau guru harus mampu menganalisis komunikasi nonverbal dari orang lain dan menerapkannya kepada diri sendiri dan ketika berkomunikasi dengan mad’u.
3.      Komunikasi nonverbal berperan penting dalam proses belajar-mengajar yang merupakan bagian dari penyampaian dakwah islamiyah di Dayah Putri MUDI Mesjid Raya. Dan juga komunikasi nonverbal berpengaruh terhadap efektifitas belajar mengajar sebagai wujud dari pengaplikasian dakwah islamiyah bagi santriwati.
4.      Komunikasi nonverbal hanya terjadi apabila komunikator atau guru yang mengajar adalah guru atau teungku perempuan, karena terjadi kontak pribadi atau personal contact antara guru dan santri. Sedangkan apabila yang menjadi komunikator atau guru yang mengajar adalah laki-laki, maka tidak terjadi kontak pribadi antara guru dan santri. Hal ini karena dihalangi oleh hijab atau tabir penghalang.
B.     Saran-Saran
  1. Agar komunikasi antara guru dan santriwati lebih efektif, hendaknya pihak pembuat kebijakan dayah, khususnya pihak yang menangani bagian pendidikan/ pengajian mempersiapkan/ melakukan pengaderan terhadap guru/ teungku perempuan yang menjadi pengasuh atau pembimbing di setiap tingkatan/ kelas, setidaknya setiap tingkatan di asuh oleh seorang guru/ teungku perempuan.
  2. Untuk keberhasilan penyampaian pesan/ pelajaran terhadap peserta didik, hendaknya guru/ teungku memamfaatkan komunikasi nonverbal dengan baik dan menyelaraskan dengan komunikasi verbal.
  3. Guru atau teungku harus menyadari pentingnya komunikasi nonverbal antara guru dengan peserta didik, agar penyampaian pesan tidak terkesan monolog, namun harus ada feedback  atau umpan balik yang direspons dengan baik oleh guru/ teungku sehingga dapat dijadikan sebagai acuan atau bahan pertimbangan untuk mengambil kebijakan selanjutnya.
  4.  Dalam proses belajar mengajar guru dan santri harus memahami kondisi psikologis lawan komunikasinya, melalui pesan-pesan nonverbal yang disampaikan oleh masing-masing mereka.
        







[1] Arief S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatnnya, (Jakarta:  RajaGrafindo Persada, 2005), hal. 11
[2]  Arief S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan……,  hal. 12
[3] Deddy Mulyana,  Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003), hal. 312
[4] Khusus yang diasuh oleh guru putri walaupun di dayah tersebut juga melibatkan guru putra sebagai tenaga pengajarnya. Namun kalau guru putra yang mengajar di komplek putri dibatasi dengan hijab atau tabir penghalang sehingga komunikasi nonverbal antara guru dan santriwati pun terhalangi
[5] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi ke-3), (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), hal. 592
[6] Ibid, hal. 585
[7] Ibid, hal. 786
[8] Ibid, hal.  ………
[9]  Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar….., hal. 23
[10] Ibid, hal. 232
[11]  Ibid, hal. 997
[12] Saiful bahri H. Ishak, Peran Dayah MUDI MESRA dalam Pembinaan Dakwah Islamiyah, (tidak diterbitkan), skripsi tahun 2009, hal. 71-72
[13] Azizah Muhammad, Stagnasi Pengaderan Muballighah dalam Muhadharah (studi kasus: Pelaksanaan Muhadharah di Dayah MUDI Putri Mesjid Raya), (tidak diterbitkan), skripsi tahun 2009, hal. 66-67
[14] Soejono, Metode Penelitian, Cet II, (Jakarta: Rineka Cipta & Bina Adiaksara, 2005), hal. 21
[15] Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya, 1997), hal. 3
[16] Literatur primer adalah buku atau tulisan karya pakar dan penulis yang orisinal (asli)
    Literatur sekunder adalah buku atau tulisan yang mengulas gagasan atau pikiran orang lain mengenai suatu topik dan ulasan mengenai hasil penulisan
[17] Informan yang diwawancarai adalah guru senior (Tgk. Masyithah, Tgk. Qismaini, Tgk. Lindawati Sulaiman, Tgk. Nur’aini, Tgk. Asmaul Husna, Tgk. Juairiah dan Tgk Cut Husna), beberapa orang santri  (Nani Nurjannah, Khairunnisa dan Nova Andriana) dan pengasuh santriwati (tgk. Nurjannah dan Tgk. Miftahul Jannah)
[18] Lexy J. Moleong, Metodologi....., hal. 224
[19] Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Soaial-Agama, Cet II, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003),  hal.165

0 komentar:

Posting Komentar