BAB SATU
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Secara umum, dakwah terbagi dalam tiga tipologi yaitu dakwah bil hal,
dakwah bil lisan dan dakwah bil qalam. Dakwah bil lisan
merupakan aktualisasi dari penyampaian pesan dari subjek dakwah (komunikator)
terhadap mad’u (komunikan) melalui perantaraan bahasa verbal dan nonverbal.
Dakwah bil lisan tidak hanya diimplementasikan dalam bentuk tabligh
atau ceramah, namun juga dapat diwujudkan dalam proses belajar mengajar
(pembelajaran).
Proses belajar mengajar pada hakikatnya
adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan
melalui saluran/ media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan,
saluran/ media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi.
Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran atau didikan yang ada dalam
kurikulum.[1]
Pesan berupa isi ajaran dan didikan yang ada di
kurikulum dituangkan oleh guru atau sumber lain ke dalam simbol-simbol
komunikasi baik simbol verbal (kata-kata lisan ataupun tertulis) maupun simbol
non verbal atau visual. Proses penuangan pesan ke dalam simbol-simbol
komunikasi itu disebut encoding. Selanjutnya penerima pesan menafsirkan
simbol-simbol komunikasi tersebut sehingga diperoleh pesan. Proses penafsiran
simbol-simbol komunikasi yang mengandung pesan-pesan tersebut disebut decoding.[2]
Secara tidak langsung dalam proses
belajar mengajar melibatkan dua pola komunikasi yaitu komunikasi verbal dan
komunikasi nonverbal. Meskipun secara teoritis, komunikasi nonverbal dapat
dipisahkan dari komunikasi verbal, namun dalam kenyataannya kedua komunikasi
tersebut jalin menjalin dalam komunikasi tatap muka. Dalam komunikasi ujaran,
rangsangan verbal dan rangsangan nonverbal itu hampir selalu berlangsung
bersama-sama dalam kombinasi. Kedua jenis rangsangan itu diinterpretasikan
bersama-sama oleh penerima pesan.[3]
Keterlibatan komunikasi nonverbal
memberikan kontribusi besar dalam hal kelancaran belajar mengajar. Hal ini
dapat dilihat dari fungsi utama komunikasi nonverbal yang dapat diaplikasikan
dalam proses belajar mengajar. Salah satu fungsi tersebut dapat terlukiskan
dari perilaku mata misalnya; kedipan mata, pembesaran manik mata (pupil
dilation) yang menunjukkan isyarat marah atau peningkatan emosi. Contoh
yang lain adalah mimik wajah. Senyuman misalnya, dapat mengisyaratkan perasaan
senang dan bahagia. Gambaran proses belajar mengajar seperti di atas merupakan
pencerminan dakwah bil lisan.
Pengaruh komunikasi nonverbal tersebut dapat terlihat dari reaksi murid
atau siswa dalam menerima pesan yang disampaikan oleh guru. Tatapan mata dan
gerak tangan guru sangat berpengaruh ketika penyampaian materi pelajaran. Hal
ini dapat terlihat baik di sekolah dasar, menengah, maupun di perkuliahan.
Dayah atau pesantren yang berfungsi sebagai wahana penyampaian pesan dan
perubahan perilaku manusia juga tidak terlepas dari pengaruh komunikasi
nonverbal dalam setiap aktivitas dakwahnya yaitu belajar mengajar.
Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga sebagai salah satu pusat dakwah atau
transmisi ilmu juga tidak terlepas dari pengaruh komunikasi nonverbal disetiap
kegiatan dakwah atau belajar mengajar. Hal ini dapat terlihat pada pola
pembelajaran di komplek putri yang diasuh oleh guru putri.[4]
Dalam kegiatan tersebut, komunikasi nonverbal berpengaruh besar walaupun lebih
didominasi oleh komunikasi verbal.
Bertitik tolak dari uraian di atas, penulis merasa perlu untuk mengkaji
dan meneliti lebih lanjut tentang bagaimana kegiatan dakwah dalam proses
belajar mengajar yang dipengaruhi oleh keterlibatan komunikasi nonverbal yang
berlangsung di dayah MUDI Mesjid Raya Putri.
B.
Rumusan Masalah
Sejalan dengan uraian latar belakang masalah
yang telah dikemukakan sebelumnya, permasalahan yang ingin teliti dalam
penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:
1. Apa saja factor-faktor pendukung
efektifitas dakwah?
2. Bagaimanakah kontribusi komunikasi
nonverbal terhadap aktivitas dakwah santri di dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga?
C. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kerancuan dan
kesalahpahaman, penulis akan menjelaskan istilah-istilah yang digunakan dalam
penelitian ini.
1.
Kontribusi
Kontribusi
adalah sumbangan[5].
Kontribusi yang dimaksudkan oleh penulis di sini adalah pengaruh positif atau
kegunaan dari komunikasi nonverbal dalam pelaksanaaan pendidikan.
2. Komunikasi nonverbal
Secara harfiah komunikasi
bermakna pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau
lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.[6]
Sedangkan kata non berarti bukan atau tidak.[7]
Kata verbal bermakna secara lisan.[8] Secara
umum komunikasi nonverbal diartikan sebagai bentuk komunikasi yang tidak
menggunakan kata-kata, baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi nonverbal
menggunakan tanda-tanda melalui tubuh, meliputi gerak tubuh, ekspresi muka, dan
nada suara.
3. Aktivitas
Aktivitas adalah keaktifan atau
kegiatan.[9]
Aktivitas yang dimaksudkan olehpenulis di sini adalah segala kegiatan santri
yang berhubungan dengan pengembangan dakwah.
4. Dakwah
Dakwah
adalah seruan untuk memeluk, mempelajari dan mengamalkan ajaran agama.[10]
Dakwah yang dimaksudkan oleh penulis di sini adalah usaha mengajak manusia ke
jalan yang baik, yang dapat dilakukan melalui kegiatan belajar mengajar.
5. Santri
Santri
adalah orang yang mendalami ilmu agama Islam.[11]
Santri yang dimaksudkan oleh penulis di sini adalah para pelajar yang sedang menimba
ilmunya di pondok pesantren.
D. Tujuan dan
Kegunaan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian ini
adalah:
1.
Untuk mengetahui
apa saja faktor pendukung efektifitas dakwah
2.
Untuk mengetahui
bagaimana kontribusi komunikasi nonverbal terhadap aktivitas dakwah santri di dayah
MUDI Mesjid Raya Samalanga
Kegunaan
dari penelitian ini adalah sebagai kajian keilmuan mengenai kegunaan komunikasi
nonverbal dalam kegiatan dakwah atau proses pembelajaran.
E. Telaah Kepustakaan
Sejauh pengamatan penulis dalam melakukan peninjauan
kepustakaan dan menelusuri seluruh koleksi di perpustakaan, baik dalam bentuk
laporan penelitian maupun karya ilmiah lainnya mengenai aktivitas dakwah dayah MUDI MESRA Samalanga yang telah telah ada, seperti
dalam salah satu laporan penelitian mahasiswa STAI al-Aziziyah Samalanga yang melakukan
penelitian tentang” Peran Dayah MUDI
MESRA dalam Pembinaan Dakwah Islamiyah”, yang merupakan laporan
penelitian Saiful Bahri H. Ishak. Dia menyimpulkan bahwa faktor pendorong pembinaan
dakwah Islamiyah di Dayah MUDI Mesra adalah pengaruh peraturan, adanya
da’i-da’i yang telah berhasil dan lain sebagainya. Itu semua merupakan
upaya-upaya yang dilakukan oleh Dayah MUDI Mesra dalam pembinaan dakwah
Islamiyah. Dia menyarankan agar adanya satu kebijakan dalam usaha peningkatan
dan penyempurnaan fisik Dayah MUDI Mesra sehingga santri mempunyai minat dan
antusias yang tinggi terhadap pendidikan dakwah Islamiyah.[12]
Menurut penulis, penelitian ini mengkaji tentang aktivitas dakwah MUDI Mesra
dalam wacana yang umum dan belum memfokuskan pada pengaruh komunikasi nonverbal
dalam aktivitas dakwah di MUDI Mesra.
Azizah Muhammad, dalam laporan penelitiannya yang berjudul ”Stagnasi
Pengaderan Muballighah dalam Muhadharah (studi kasus: Pelaksanaan Muhadharah di
Dayah MUDI Putri Mesjid Raya)” Penelitian ini difokuskan pada aktivitas
dakwah yang berlangsung di Dayah Putri MUDI Mesra. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa
aktivitas dakwah yang bersifat retorika publik di Dayah Putri MUDI Mesra dikembangkan
melalui pelaksanaan muhadharah. Walaupun ditemui berbagai kendala dan faktor
penghambat dalam pelaksaannya, namun ada harapan dari peneliti agar adanya
pembenahan manajemen pelaksaanaan dan kaderisasi sehingga ditemukan pencapaian out
put yang maksimal.[13]
Namun dalam penelitian ini secara spesifik juga tidak mengkaitkan adanya
pengaruh komunikasi nonverbal dalam aktivitas dakwah di MUDI Mesra.
Penulis berkesimpulan bahwa judul “Kontribusi Komunikasi
Nonverbal dalam Aktivitas Dakwah (Studi Kasus: Dayah Putri MUDI Mesjid Raya
Samalanga)” termasuk kajian yang belum pernah dibahas. Hal
ini merupakan kondisi yang sangat mendukung dalam penelitian ini. Di samping
itu, masalah ini sangat urgen untuk diangkat ke permukaan untuk menemukan
solusi yang konkrit terhadap masalah yang timbul.
Untuk melakukan penelitian ini dan mengungkapkan
permasalahan juga didukung oleh referensi yang memadai yang terdapat dari
koleksi perpustakaan yang tersedia, antara lain: Deddy Mulyana, Ilmu
Komunikasi Suatu Pengantar (2003), buku ini membahas tentang hakikat
komunikasi nonverbal dan berbagai pengaruh yang ditimbulkan oleh komunikasi
nonverbal. Arief S. Sadiman, Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya (2005), dalam buku ini dibahas tentang keterkaitan antara
proses belajar mengajar dengan komunikasi dan komponen-komponen proses
komunikasi. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (2004), buku ini mengemukakan
deskripsi tentang berbagai tujuan dakwah dan juga membahas tentang fungsi,
sistem, unsur-unsur, eksistensi dan pengembangan dakwah.
F.
Metode Penelitian
1.
Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat studi lapangan (field research) dengan menggunakan
pendekatan kualitatif . Meskipun
demikian telaah kepustakaan dan dokumen (library
research) dalam batas-batas
tertentu juga tetap dilakukan, terutama menyangkut dengan pengembangan dakwah,
manajemen dakwah, dan ilmu komunikasi. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode deskriptif yaitu metode penelitian yang mendiskripsikan
situasi atau kejadian-kejadian[14] dengan pendekatan kualitatif, yaitu
metode penelitian yang menggunakan untuk meneliti kondisi dan objek yang
alamiah dan dilakukan penelitian oleh orang atau peneliti yang tertarik secara
alamiah.[15]
2. Lokasi Penelitian
Lokasi
penelitian ditetapkan di dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga Kab. Bireuen. Penulis
memilih dayah tersebut sebagai lokasi penelitian karena dayah tersebut
merupakan salah satu dayah tertua dan terbesar di provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam. Selain itu, dayah tersebut sudah memiliki kurikulum yang terformat
dengan baik dan sistematis yang didukung oleh tenaga pengajar dengan jumlah
yang banyak.
3.
Sumber Data
Untuk
mendapatkan data yang valid, penulis menggunakan sumber data sebagai berikut:
a.
Sumber data pustaka, yaitu penulis
menggunakan sejumlah literatur yang mendukung penulisan ini, baik literatur
primer maupun sekunder.[16]
Literatur tersebut seperti buku-buku atau karya ilmiah yang dapat digunakan
sebagai sumber rujukan pembahasan ini, antara lain buku-buku tentang ilmu
komunikasi dan juga buku-buku tentang ilmu dakwah.
b.
Sumber data lapangan, yaitu menggunakan
sejumlah informasi dari informan[17]
yang diwawancarai sebagai sumber data. Selain itu penulis juga menggunakan
hasil analisa dari sejumlah pengamatan langsung ke lapangan yang telah
dirangkum dalam bentuk abstraksi.
4.
Teknik Sampling/ Purposive
Sampling
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa
sumber data lisan/ wawancara. Oleh karena penelitian ini bersifat kualitatif,
maka sampling bertujuan untuk menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan
dan teori yang muncul, tidak digunakan sampel acak tetapi digunakan sampel
betujuan (purposive sampling).[18]
Maka penulis tidak perlu menentukan jumlah nara
sumbernya dan pengambilan data dari nara
sumber tersebut akan berakhir apabila penulis merasa bahwa data-datanya sudah
cukup. Pada penelitian
ini, sumber data digunakan tidak dalam rangka mewakili populasinya tetapi lebih
cenderung mewakili informasinya.[19]
5. Teknik Pengumpulan
Data
Untuk menjawab permasalahan
penelitian yang telah dirumuskan, digunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a.
Observasi yaitu pengamatan yang
cermat terhadap objek yang diteliti untuk mengumpulkan data, selanjutnya
penulis mencatat seperlunya. Dalam hal ini penulis melakukan pengamatan
terhadap proses belajar mengajar di
dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga. Instrument yang digunakan adalah lembar
pengamatan yang akan memuat sejumlah data mengenai aktivitas dakwah/ belajar
yang dilakukan oleh santriwati.
b.
Wawancara yaitu mengadakan komunikasi
langsung dengan informan guna memperoleh data-data yang relevan. Adapun
informan yang diwawancarai adalah ketua kelas, dan beberapa orang santri dan
tiga orang guru senior. Instrument yang digunakan adalah pedoman wawancara.
c.
Telaah Dokumen yaitu menelaah setiap bahan tertulis, berupa memo,
pengumuman dan lain-lain. Dalam hal ini penulis menganalisis dokumen-dokumen
yang terdapat di kantor MUDI Mesjid Raya (putri), diantaranya
peraturan-peraturan, data statistik, dan lain-lain.
6.
Teknik Analisis Data
Semua data yang sudah terkumpulkan diolah satu persatu dan
akan diterjemahkan dari bahasa lisan ke dalam bahasa tulisan, namun diusahakan
sedapat mungkin agar dapat menyampaikan maksud dari informan. Apabila data yang
diperoleh berasal dari sumber tulisan atau pustaka, maka penulis akan
mengklasifikasikan sesuai dengan kepentingan masing-masing. Setelah semua data
diolah, maka penulis akan menganalisa satu persatu data yang dikemukakan oleh
mereka masing-masing.
7.
Teknik Penulisan
Untuk keseragaman penulisan skripsi ini, penulis berpedoman
pada Pedoman Penulisan Karya Ilmiah yang di terbitkan oleh STAI Al-Aziziyah
Samalanga, tahun 2008.
G. Sistematika Pembahasan
Untuk memperoleh pembahasan yang
sistematis dan mendapatkan paparan yang sesuai dengan topik bahasannya, maka
penulisan skripsi ini akan diuraikan dalam empat bab yang diulas beberapa sub
bab. Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut:
Bab
pertama, merupakan bab pendahuluan yang diuraikan dalam beberapa sub bahasan
antara lain; latar belakang masalah, definisi operasional, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, telaah kepustakaan, metode penelitian dan
sistematika pembahasan.
Bab dua, membahas tentang efektifitas komunikasi nonverbal,
konsep komunikasi nonverbal dalamaktivitas dakwah, dan hubungan komunikasi
nonverbal dan manajemen dakwah.
Bab tiga, deskripsi Dayah putri MUDI Mesjid Raya,
kontribusi komunikasi nonverbal dalam aktivitas dakwah santriwati MUDI Mesjid
Raya, pengaruh komunikasi nonverbal dalam peningkatan kapasitas dakwah
santriwati di dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga, dan analisis penulis.
Bab empat,
merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran
BAB
EMPAT
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Efektifitas
dan efesiensi dalam penyelenggaraan dakwah merupakan suatu hal yang harus
diprioritaskan, dalam hal ini komunikasi merupakan hal yang sangat penting
dalam proses yang digunakan oleh manusia dalam usaha untuk membagi arti melalui
transmisi pesan simbolis. Hal ini karena tanpa komunikasi yang efektif antara
subjek dan objek dakwah, maka penyampaian pesan dakwah akan terhenti. Oleh
karena itu, kerangka acuan dakwah dibangun untuk menciptakan sebuah opini yang
sebagian besar diperoleh dari informasi melalui komunikasi.
2.
Medium
utama komunikasi adalah secara lisan dan tertulis, namun pesan yang diterima
atau yang dikirim sangat dipengaruhi oleh faktor nonverbal seperti gerakan
tubuh, pakaian, gaya
bicara atau ekspresi dan lain sebagainya. Dalam proses dakwah harus ada
keselarasan antara komunikasi verbal dan nonverbal. Seorang da’i atau guru
harus mampu menganalisis komunikasi nonverbal dari orang lain dan menerapkannya
kepada diri sendiri dan ketika berkomunikasi dengan mad’u.
3.
Komunikasi nonverbal berperan
penting dalam proses belajar-mengajar yang merupakan bagian dari penyampaian
dakwah islamiyah di Dayah Putri MUDI Mesjid Raya. Dan juga komunikasi nonverbal
berpengaruh terhadap efektifitas belajar mengajar sebagai wujud dari
pengaplikasian dakwah islamiyah bagi santriwati.
4. Komunikasi nonverbal hanya terjadi apabila komunikator atau guru
yang mengajar adalah guru atau teungku perempuan, karena terjadi kontak pribadi
atau personal contact antara guru dan santri. Sedangkan apabila yang
menjadi komunikator atau guru yang mengajar adalah laki-laki, maka tidak
terjadi kontak pribadi antara guru dan santri. Hal ini karena dihalangi oleh
hijab atau tabir penghalang.
B.
Saran-Saran
- Agar
komunikasi antara guru dan santriwati lebih efektif, hendaknya pihak
pembuat kebijakan dayah, khususnya pihak yang menangani bagian pendidikan/
pengajian mempersiapkan/ melakukan pengaderan terhadap guru/ teungku
perempuan yang menjadi pengasuh atau pembimbing di setiap tingkatan/
kelas, setidaknya setiap tingkatan di asuh oleh seorang guru/ teungku
perempuan.
- Untuk
keberhasilan penyampaian pesan/ pelajaran terhadap peserta didik,
hendaknya guru/ teungku memamfaatkan komunikasi nonverbal dengan baik dan
menyelaraskan dengan komunikasi verbal.
- Guru
atau teungku harus menyadari pentingnya komunikasi nonverbal antara guru
dengan peserta didik, agar penyampaian pesan tidak terkesan monolog, namun
harus ada feedback atau
umpan balik yang direspons dengan baik oleh guru/ teungku sehingga dapat
dijadikan sebagai acuan atau bahan pertimbangan untuk mengambil kebijakan
selanjutnya.
- Dalam proses belajar mengajar guru dan
santri harus memahami kondisi psikologis lawan komunikasinya, melalui
pesan-pesan nonverbal yang disampaikan oleh masing-masing mereka.
[1]
Arief S. Sadiman, dkk, Media
Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatnnya, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005), hal. 11
[2]
Arief S.
Sadiman, dkk, Media Pendidikan……, hal.
12
[3]
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung : Remaja Rosda
Karya, 2003), hal. 312
[4]
Khusus yang diasuh oleh
guru putri walaupun di dayah tersebut juga melibatkan guru putra sebagai tenaga
pengajarnya. Namun kalau guru putra yang mengajar di komplek putri dibatasi
dengan hijab atau tabir penghalang sehingga komunikasi nonverbal antara guru
dan santriwati pun terhalangi
[5]
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi ke-3), (Jakarta: Balai Pustaka,
2001), hal. 592
[6]
Ibid, hal. 585
[7]
Ibid, hal. 786
[8]
Ibid, hal. ………
[9] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar….., hal. 23
[10] Ibid, hal. 232
[11]
Ibid, hal. 997
[12] Saiful bahri H. Ishak, Peran Dayah MUDI MESRA dalam Pembinaan Dakwah Islamiyah, (tidak diterbitkan), skripsi tahun 2009, hal. 71-72
[13]
Azizah Muhammad, Stagnasi
Pengaderan Muballighah dalam Muhadharah (studi kasus: Pelaksanaan Muhadharah di
Dayah MUDI Putri Mesjid Raya), (tidak diterbitkan), skripsi tahun 2009, hal. 66-67
[14] Soejono, Metode Penelitian,
Cet II, (Jakarta :
Rineka Cipta & Bina Adiaksara, 2005), hal. 21
[15] Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
Rosda Karya, 1997), hal. 3
[16]
Literatur primer adalah
buku atau tulisan karya pakar dan penulis yang orisinal (asli)
Literatur sekunder adalah buku atau tulisan
yang mengulas gagasan atau pikiran orang lain mengenai suatu topik dan ulasan
mengenai hasil penulisan
[17]
Informan yang diwawancarai
adalah guru senior (Tgk. Masyithah, Tgk. Qismaini, Tgk. Lindawati Sulaiman,
Tgk. Nur’aini, Tgk. Asmaul Husna, Tgk. Juairiah dan Tgk Cut Husna), beberapa
orang santri (Nani Nurjannah,
Khairunnisa dan Nova Andriana) dan pengasuh santriwati (tgk. Nurjannah dan Tgk.
Miftahul Jannah)
[18] Lexy J.
Moleong, Metodologi.....,
hal. 224
[19] Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi
Penelitian Soaial-Agama, Cet II, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2003), hal.165
0 komentar:
Posting Komentar