METODOLOGI
PENELITIAN
A. PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan disebabkan oleh fitrah manusia sebagai makhluk yang memiliki rasa ingin tahu,
mencari dan berpihak kepada kebenaran dan memiliki sifat hanif (akal budi) yaitu keinginan yang tidak terbatas untuk
mencapai kebaikan dalam kehidupannya. Untuk tercapai kedua tuntutan sifat ini
pelu kepada pengetahuan yang sistematis yang mampu memecahkan masalah.
Pencarian kebenaran dapat dilakukan dengan cara nonilmiah dan ilmiah. Pecaraian
kebenaran dengan ilmiah dinamakan dengan aktivitas penelitian.
1. Pendekatan Nonilmiah
Penelitian nonilmiah
biasanya dilakukan dengan tidak mengikuti langkah sistematis, tidak terkontrol
dan bersifat subjektif, karena itu tidak dapat diulang untuk orang lain walau
pada masalah yang sama. Pencarian dengan cara nonilmiah antara lain sebagai
berikut:
a. Penemuan kebenaran melalui wahyu
Penemuan kebenaran
dengan wahyu baisanya bersifat given
dari Allah kepada Nabi/rasul-Nya. Wahyu diturunkan ketika berada dalam puncak
spritual sehingga firman Allah itu dapat diterima secara utuh tanpa
terkontaminasi dengan hawa nafsu dan kepentingan-kepentingan.
b. Penemuan kebenaran memlalui
ilham (intuisi)
Penemuan kebenaran
melalui ilham sama halnya dengan wahyu, yaitu ketika sesorang (selain nabi dan
rasul) dalam keadaan hatinya bersih, pikirannya jernih dan berada pada puncak
spritualnya. Intuisi ini bisa dikatakan sebuah kenyakinan yang secara akal
sehat dapat dipercaya atau tidak dapat dipercaya.
c. Penemuan kebenaran secara
kebetulan
Penemuan kebenaran dapat
diperoleh secara kebetualan namun sering sangat bermanfaat, seperti halnya
seorang santri diperintahkan mencuci usus ayam kesungai sebagian usus ayam,
karena takut dimarahi, usus tersebut digantikan dengan cacing dan dimakan oleh
santri lain akhirnya penyakit tipus yang dideritanya menjadi sembuh. Penemuan
ilmu pengetahuan mutahir membuktikan bahwa cacing dapat menyembuhkan penyakit
tipes.
d. Penemuan kebenaran dengan akal
sehat
Akal sehat (common sense) merupakan serangkaian
konsep yang digunakan untuk menghasilkan yang benar. Cara comon sense sering sangat berguna namun kadang menyesatkan. Contoh
yang menguntungkan : metode qias (analogi) dalam proses penetapan hukum sering
menggunakan akal sehat seperti sapi dan kerbau diqiaskan dengan unta. Contok
tidak berguna: dulu semua pendidik berkenyakinan hukuman atau denda merupakan
alat yang palin ampuh dalam menjalankan pendidikan. Kenyakinan itu hilang
setelah ditemukan bahwa hadiah ternyata lebih menghasilkan peningkatan yang
lebih besar dalam proses belajar mengajar dari pada hukuman atau denda dan
sedikit sekali anak berubah karena adanya hukuman.
e. Penemuan kebenaran melalui usaha
coba-coba
sifat ingin tau yang ada
pada manusia sering membuat manusia melakukan percobaan. Ibu-ibu di rumah
sering melkukan percobaan untuk mendapatkan masakan yang dinginkan.
f. Penemuan kebenaran melalui
kewibawaan
seorang yang memiliki
kewibawaan sering pendapat atau perbuatannya dianggap sebuah kebenaran dan
diikuti oleh pengikutnya tanpa ada pengujuain terbih dahulu, seperti medel gaun
slebritis yang dianggab kebenaran oleh pengikutnya, titah seorang raja atau
pendapat seorang ulama sering dianggab kebenaran. [1]
2. Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah
disebut juga pendekatan atau metode posivistik
yaitu pengetahuan yang mesti dibenarkan oleh orang banyak untuk menilainya
berdasarkan fakta atau hal-hal yang dapat ditinjau, uji dan dibuktikan secara
empiris.
Disampng bersifat posivistik,
dalam beberapa dekade ini juga semakin populer dengan metode naturalisti yang lebih khusu digunakan
dalam penelitian sosial dan keagamaan. Khusus penelitian keagamaan lebih bagus digunakan pendekatan hermenutika.
Terlepas dari polemik
diatas tentang yang mana yang lebih ilmiah dari ketiga pendekatan tersebut,
padasarnya semuanya bersifat ilmiah, hanya paridigma, teori dan metode masing-masing
yang bereda.
B. Definisi Penelitian
Penelitian atu riset
berasal dari kata re yang berarti
kembali dan to search yang berarti mencari, memahami, mengkaji, mencari jawaban
dan lain-lain. Riset juga dapat di maknai upaya manusia untuk mencari
kebenanaran atau yang diangap, disepakati sebagai kebenaran.Hillway (1956)
mengatakan penelitian adalah suatu metode studi yang dilakukan melalui
penyelidikan yang ahti-hati dan sempurna terhadap masalah tersebut yang dapat
dipecahkan. Dengan demikian risearch adalah penyelidikan secara cermat dan
sistematis bertujuan untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran
terhadap suatu persoalan.
Ciri utama kegitan
penelitian dabandingkan dengan kegiatan lain terletak pada permasalaha yang
lebih fokus kedalaman dan adanya penemuan, rekomendasi terhadap pemecahan
masalah dan pengujian terhadapat kebenaran yang ada.
Atas dasar tersebut
penelitian mempunyai ciri sebagai berikut: Pertama
bersifat ilmiah, artinya harus melalui prosudur yang sistematis dengan menggunakan
pembuktian berupa fakta. Kedua bahwa
suatu proses yang berjalan secara terus enerus.
Perlu dikemukakan disin
bahwa antara metodologi penelitian dengan metode penelitian sangatlah beda.
Metodologi penelitian yaitu ilmu yang menjelaskan tentang metode ilmiah dala
proses penelitian. Cakupannya tidak hanya berbicara tentang keseluruhan metode
yang digunakan juga bagaimana ilmu sekaligus seni dalam seluruh kegiatan
penelitian. Sedangkan metode penelitian menunjukkan pada cara, teknis dan
strategi dalam kegiatan penelitian seperti teknis pengumpulan data, teknis
mengolah data, metode analisa dan pemecahan masalah.[2]
C. Itegritas Kepribadian Peneliti.
Penelitian merupakan aktualisasi epistimologi.
Epistimologi yaitu bagian dari filsafat ilmu yang membhas bagaimana cara
menusia mendapatkan ilmu pengetahuan dan sampai
pada batas mana ilmu pengetahuan mampu digapai manusia.
1. Integritas Berfikir
Dalam cara berfikir,
seorang peneliti harus berfikir cara berikut: Pertama, Skeptis artinya dalam menerima kebenaran atau membuat
pernyataan senantiasa harus sesuai dengan fakta yang shih dan valid. Kedua, analitis yaitu dalam menerima informasi atau membuat statemen
peneliti harus melakukan check and re-check
dengan menghubungkan satu fenomena dengan fenomena yang lain serta
mengembangkan hipotesa, asumsi dan penafsiran. Ketiga, kritis yaitu setiap informasi yang diterima, peneliti
jangan menganggapnya sebagai sebuah kebenaran, tetapi mencermati mengolahnya
berdasarkan logoka dan akal sehat.
2. Integritas Kepribadian
Seorang peneliti ialah
seorang ilmuan yang tidak hanya bermuara pada pilihan-pilhan moral dan etik.
Karena itu integritas pribadi seorang peneliti sebagai berikut: Pertama, objektif (siddiq), artinya
menyajikan hasil penelitiannya apa adanya dan terbebas dari kepentingan pribadi
atau golongan dan dari prakonsepsi baik bersifat ekonomis, politik, psikologi
dan idiolgis. Kedua, amanah, terbuka,
artinya seorang peneliti harus transparan terutama metode yang digunakan dan
hasil penelitiannya. Dengan keterbuakaan dapat diketahui kelebihan dan kekurang
sehingga peneliti lain dapat menyempurkannya. Ketiga, kompeten, yaitu mempunyai kemampuan akademik dalam
persoalan yang diteliti dan kemampuan teoritik terutama dalam penguasaan
metodologi penelitian.
D. Jeinis-jenis Penelitan.
Penelitian dapat
digolongkan kedalam beberapa bahagian bila dilihat dari bidang keilmuan, metode
analisa yang digunakan dan kualifikasi yang dihasilkan.
1. Penelitian Berdasarkan Bidang
Keilmuan.
Penelitian berdasarkan
bidang keilmuan kita dapatkan berbagai ragam, salah satu diantaranya adalah penelitian
sosial yaitu penelitian yang objeknya berupa fenomena sosial, baik bidang
politik, ekonomi, pendidikan, agama maupuan hukum. Penelitian ini terbagi dua
bagian yaitu sosial kemasyarakatan, objeknya perilaku masyarakat dalam
berpolitik, berekonomi, beragama dan lain-lain. Dan sosial budaya objeknya
lebih abstrak seperti pemikiran , norma dan budaya.
2. Penelitian beruapa Metode Analisis
Berdasarkan analisis
yang digunakan, penelitian terbagi dua yaitu penelitian kualitatif dan
keuantitatif. Penelitian kualitatif pada umumnya bertujuan untuk memahami (understanding) makna dari simbol
perilaku masyarakat menurut perspektif masyarakat itu sendiri. Karena itu data
penelitian kualitatif lebih bersifat naturalistik, metodenya induktif dan verstehen, pelaporannya bersifat
deskriptif dan naratif. Sedangkan penelitian kuantitaif bertujuan untuk
menjelaskan ekplanasi suatu fenomena menurut perspektif peneliti.
3. Penelitian Berdasarkan
Kualifikasi Hasil
Kalau dilihat dari hasil
yang diharapkan, penelitian terbagi kepada penelitian dasar (basic research) betujuan untuk
memperdalam ilmu secara teoritis. Dan penelitian terapan dalam rangkan mengatasi
masalah nyata dalam kehidupan, usaha pengembangan kualitas program dan hidup.[3]
E. Ciri-ciri penelitian Ilmiah
Paradigma positivistik
bahwa penelitian ilmiah adalah penelitian terhadap setiap gejala atau fenomena
yang memiliki karakteristik: empiris, teoritis, komulatif dan notesis. Maksud
dari keempat karakteristik ini sebagai berikut:
- Empiris, artinya berdasarkan pengamatan dan penalaran dan
hasilnya tidak spekulatif, maksudnya dapat diuji melalui fakta empiris
untuk dapat dinyatakan sebagai penemuan ilmiah.
- Teoritis, artinya usaha untuk merangkumkan pengamatan dalam
dalil absrak dan menerangkan hubungan sebab akibat dari suatu persoalan.
- Kumulatif, yaitu menerapkan teori-teori sosiologi yang
dibangun diatas teori-teori lainnya baik bersifat mengoreksi, memperluas
atau menyempurnakan teori lama.
- Nonetis, dalam menerangkan tindakan sosial tertentu peneliti
tidak mempertanyakan baik atau buruk. Dalam hal ini peneliti harus bebas
nilai (vulue free) artinya tidak
memiliki pra kosepsi tertentu dalam menilai gejala atau realitas sosial. [4]
BAB I
PERUMUSAN MASALAH
PENELITIAN
1. Masalah Dalam Dunia Penelitian
Setiap pelaksanaan
penelitian selalu diawali oleh adanya permasalahan, kemajuan ilmu pengetahuan
semakin meningkat bukan berarti bebas dari pemasalahan namun dengan pekembangan
ilmu pengetahuan dan kemampuan masysrakan semakin meningkat, justru semakin
koples pemasalahan yang muncul. Karena itu hakikat permasalahan adalah
kesenjangan antara harapan dan kenyataan.
Masalah dibidang
pendidikan juga sangat banyak bahkan bisa dikatakan tak terhingga. Pada
hakikatnya masalah merupakan segala bentuk pertayaan yang perlu kepada jawaban,
atau rintangan, hambatan dan kesulitan yang perlu disingkirkan.
2.
Kepekaan Seseorang Terhadap Masalah
Masalah terdapat
dimana-mana termasuk dibidang pendidikan, namun tidak semua orang merasakan
masalah pada sesuatu bidang tertentu. Kepekaan seseorang terhadap masalah
sangat tergantung apakah ia mempunyai keahlian atau minat khusus pada bidang
tersebut. Kerena itu ada sejumlah faktor yang mempengaruhi peka terhadap
masalah:
- Spesialisai. Keahlian khusus pada sesuatu bidang akan membuat
seseorang peka terhadap masalah
karena yang bersangkutan banyak berhubungan dengan yang dialaminya.
- Program Akademik. Biasanya seseorang yang telah menempuh
jenjang akademik lebih mendalami bidang yang dikajinya. Atas dasar itu
perlu kepada latihan-latihan untuk menempa kepekaan terhadap persoalan
yang digelutinya.
- Bahan Bacaan. Banyak membaca akan meningkatkan pengetahuan
seseorang dan akan menangkap informasi teoritis, konsep dan generalisasi
yang dapat membuat seseorang bertambah pengetahuan dan wawasanannya,
dengan sendirinya akan peka terhadap masalah.
- Analisi Terhadap Sesuatu Bidang. Seseorang menekuni sesuatu
bidang akan berusaha mencari informasi senbanyak-banyaknya serta
menganalisa persoalan-persoalan dengan baik dan mengamati dengan cermat.
Cara ini juga membuat seseorang peka terhadap masalah.
- Memperhatikan Kebutuhan Sehari-hari. Kepekaan seorang terhadap
masalah bisa saja muncul kerena kebutuhan mendesak, seperti seorang dosen
merasakan ada ketimpangan prestasi mahasiswa dengan menggunakan metode
tertentu, sehingga mempelajari dan memecahkan secara ilmiah, sistimatis
dan logis. Pemecahan ini harus dengan menggunakan metode ilmiah.[5]
3. Masalah yang Layak Dijadikan
Pokok Penelitian
Seseorang yang hendak
melakukan penelitian, pertayaan pertama diajukan ialah masalah apa yang
diteliti. Untuk itu ada beberapa kriteria yangdapat dijadikan pokok masalah,
sebagai berikut:
- Aktual. ialah persoalan yang diteliti masih baru dan berkenaan
langsung dengan kepentingan serta situasi saat penelitian dilakukan, namun
persoalan yang telah lapau layak juga diteliti seperti kajian masa lampau
yang sifat historis untuk mebandingak masa lamapau dengan masa sekarang.
- Bernilai Praktis. Pelaksanaan penelitian harus dilihat sisi
manfaatnya, kalau penelitian tidak menghasikan apapun hasilnya akan
mubazir.
- Berada Pada Batas Kemampuan Peneliti. Seseorang yang tidak
memiliki kemampuan dibidang masalah yang ditelitinya, dikhawatirkan
hasilnya akan menyimpang bahkan sama sekali tidak mengena dengan fokus
penelitian yang dilakukan. Batas kemapuan tersebut dapat dilihat dari
beberapa indikator di bawah ini:
1. Kemampuna akademis,
artinya penelitian dilkukan sesuai dengan sepesialisasi ilmu yang dimiliki.
Karena ahli nuklir tidak dapat mengahsilkan analis ekonomi dalam penelitian
ekonomi.
2. Kesanggupan Tempat dan
Sarana. Orang indonesia
tanpa didukung oleh sarana dan tidaka sanggup mengadakan sarana ddan prasarana
tidak mungkin dapat melakukan penelitian baik didalam negeri maupun di luar
negeri
3.
Kesanggupan Biaya, waktu dan Tenaga. Waktu dan tenaga banyak ditentukan oleh baiya, dalam
pelaksanaan penelitian biasanya biaya sangat banyak terkuras ketika pengumpulan
data, analisis data dan penulisan.
- Tidak Mengundang Pro Dan Kontra yang Bermuatan Politik. Hal
ini perlu lebih hati-hati dalam mempublikasikan hasil penelitian,
mengingat banyak kepentingan-kepentingan yang ikut membocengi dari hasil
suatu penelitian. Apalagi seorang peneliti menggunakan sponsor untuk
lancar proses penelitian yang akhirnya hasil penelitian lebih mengarah
kepada dokrin dan keinginan para sponsor.
[1]
Pof. DR. Imam Suprayogo, Metodologi
Penelitian Sosial-Agama, (Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya, 2003), hal.1-6
[2]
Suprayogo, Metodologi Penelitian …, hal.
6-7
[3]Suprayogo,
Metodologi Penelitian …, hal. 7-9
[4] Ibid. hal. 10
[5]
DR. H. Sudjarwo, Metodologi Penelitian Sosial. (Bandung , Bandar Maju, 2001), hal.1-3
0 komentar:
Posting Komentar