Jumat, 08 Agustus 2014

METODOLOGI PENELITIAN


METODOLOGI PENELITIAN

A. PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan disebabkan oleh fitrah manusia sebagai makhluk yang memiliki rasa ingin tahu, mencari dan berpihak kepada kebenaran dan memiliki sifat hanif (akal budi) yaitu keinginan yang tidak terbatas untuk mencapai kebaikan dalam kehidupannya. Untuk tercapai kedua tuntutan sifat ini pelu kepada pengetahuan yang sistematis yang mampu memecahkan masalah. Pencarian kebenaran dapat dilakukan dengan cara nonilmiah dan ilmiah. Pecaraian kebenaran dengan ilmiah dinamakan dengan aktivitas penelitian.
1. Pendekatan Nonilmiah
            Penelitian nonilmiah biasanya dilakukan dengan tidak mengikuti langkah sistematis, tidak terkontrol dan bersifat subjektif, karena itu tidak dapat diulang untuk orang lain walau pada masalah yang sama. Pencarian dengan cara nonilmiah antara lain sebagai berikut:
a. Penemuan kebenaran melalui wahyu
            Penemuan kebenaran dengan wahyu baisanya bersifat given dari Allah kepada Nabi/rasul-Nya. Wahyu diturunkan ketika berada dalam puncak spritual sehingga firman Allah itu dapat diterima secara utuh tanpa terkontaminasi dengan hawa nafsu dan kepentingan-kepentingan.
b. Penemuan kebenaran memlalui ilham (intuisi)
            Penemuan kebenaran melalui ilham sama halnya dengan wahyu, yaitu ketika sesorang (selain nabi dan rasul) dalam keadaan hatinya bersih, pikirannya jernih dan berada pada puncak spritualnya. Intuisi ini bisa dikatakan sebuah kenyakinan yang secara akal sehat dapat dipercaya atau tidak dapat dipercaya.
c. Penemuan kebenaran secara kebetulan
            Penemuan kebenaran dapat diperoleh secara kebetualan namun sering sangat bermanfaat, seperti halnya seorang santri diperintahkan mencuci usus ayam kesungai sebagian usus ayam, karena takut dimarahi, usus tersebut digantikan dengan cacing dan dimakan oleh santri lain akhirnya penyakit tipus yang dideritanya menjadi sembuh. Penemuan ilmu pengetahuan mutahir membuktikan bahwa cacing dapat menyembuhkan penyakit tipes.

d. Penemuan kebenaran dengan akal sehat
            Akal sehat (common sense) merupakan serangkaian konsep yang digunakan untuk menghasilkan yang benar. Cara comon sense sering sangat berguna namun kadang menyesatkan. Contoh yang menguntungkan : metode qias (analogi) dalam proses penetapan hukum sering menggunakan akal sehat seperti sapi dan kerbau diqiaskan dengan unta. Contok tidak berguna: dulu semua pendidik berkenyakinan hukuman atau denda merupakan alat yang palin ampuh dalam menjalankan pendidikan. Kenyakinan itu hilang setelah ditemukan bahwa hadiah ternyata lebih menghasilkan peningkatan yang lebih besar dalam proses belajar mengajar dari pada hukuman atau denda dan sedikit sekali anak berubah karena adanya hukuman.
e. Penemuan kebenaran melalui usaha coba-coba
            sifat ingin tau yang ada pada manusia sering membuat manusia melakukan percobaan. Ibu-ibu di rumah sering melkukan percobaan untuk mendapatkan masakan yang dinginkan.
f. Penemuan kebenaran melalui kewibawaan
            seorang yang memiliki kewibawaan sering pendapat atau perbuatannya dianggap sebuah kebenaran dan diikuti oleh pengikutnya tanpa ada pengujuain terbih dahulu, seperti medel gaun slebritis yang dianggab kebenaran oleh pengikutnya, titah seorang raja atau pendapat seorang ulama sering dianggab kebenaran. [1]
2. Pendekatan Ilmiah
            Pendekatan ilmiah disebut juga pendekatan atau metode posivistik yaitu pengetahuan yang mesti dibenarkan oleh orang banyak untuk menilainya berdasarkan fakta atau hal-hal yang dapat ditinjau, uji dan dibuktikan secara empiris.
                Disampng bersifat posivistik, dalam beberapa dekade ini juga semakin populer dengan metode naturalisti yang lebih khusu digunakan dalam penelitian sosial dan keagamaan. Khusus penelitian keagamaan  lebih bagus digunakan pendekatan hermenutika.
            Terlepas dari polemik diatas tentang yang mana yang lebih ilmiah dari ketiga pendekatan tersebut, padasarnya semuanya bersifat ilmiah, hanya paridigma, teori dan metode masing-masing yang bereda.
B. Definisi Penelitian
            Penelitian atu riset berasal dari kata re yang berarti kembali dan to search yang berarti mencari, memahami, mengkaji, mencari jawaban dan lain-lain. Riset juga dapat di maknai upaya manusia untuk mencari kebenanaran atau yang diangap, disepakati sebagai kebenaran.Hillway (1956) mengatakan penelitian adalah suatu metode studi yang dilakukan melalui penyelidikan yang ahti-hati dan sempurna terhadap masalah tersebut yang dapat dipecahkan. Dengan demikian risearch adalah penyelidikan secara cermat dan sistematis bertujuan untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran terhadap suatu persoalan.
            Ciri utama kegitan penelitian dabandingkan dengan kegiatan lain terletak pada permasalaha yang lebih fokus kedalaman dan adanya penemuan, rekomendasi terhadap pemecahan masalah dan pengujian terhadapat kebenaran yang ada.
            Atas dasar tersebut penelitian mempunyai ciri sebagai berikut: Pertama bersifat ilmiah, artinya harus melalui prosudur yang sistematis dengan menggunakan pembuktian berupa fakta. Kedua bahwa suatu proses yang berjalan secara terus enerus.
            Perlu dikemukakan disin bahwa antara metodologi penelitian dengan metode penelitian sangatlah beda. Metodologi penelitian yaitu ilmu yang menjelaskan tentang metode ilmiah dala proses penelitian. Cakupannya tidak hanya berbicara tentang keseluruhan metode yang digunakan juga bagaimana ilmu sekaligus seni dalam seluruh kegiatan penelitian. Sedangkan metode penelitian menunjukkan pada cara, teknis dan strategi dalam kegiatan penelitian seperti teknis pengumpulan data, teknis mengolah data, metode analisa dan pemecahan masalah.[2]
C. Itegritas Kepribadian Peneliti.
Penelitian merupakan aktualisasi epistimologi. Epistimologi yaitu bagian dari filsafat ilmu yang membhas bagaimana cara menusia mendapatkan ilmu pengetahuan dan sampai  pada batas mana ilmu pengetahuan mampu digapai manusia.
1. Integritas Berfikir
            Dalam cara berfikir, seorang peneliti harus berfikir cara berikut: Pertama, Skeptis artinya dalam menerima kebenaran atau membuat pernyataan senantiasa harus sesuai dengan fakta yang shih dan valid. Kedua, analitis yaitu dalam menerima informasi atau membuat statemen peneliti harus melakukan check and re-check dengan menghubungkan satu fenomena dengan fenomena yang lain serta mengembangkan hipotesa, asumsi dan penafsiran. Ketiga, kritis yaitu setiap informasi yang diterima, peneliti jangan menganggapnya sebagai sebuah kebenaran, tetapi mencermati mengolahnya berdasarkan logoka dan akal sehat.
2. Integritas Kepribadian
            Seorang peneliti ialah seorang ilmuan yang tidak hanya bermuara pada pilihan-pilhan moral dan etik. Karena itu integritas pribadi seorang peneliti sebagai berikut: Pertama, objektif (siddiq), artinya menyajikan hasil penelitiannya apa adanya dan terbebas dari kepentingan pribadi atau golongan dan dari prakonsepsi baik bersifat ekonomis, politik, psikologi dan idiolgis. Kedua, amanah, terbuka, artinya seorang peneliti harus transparan terutama metode yang digunakan dan hasil penelitiannya. Dengan keterbuakaan dapat diketahui kelebihan dan kekurang sehingga peneliti lain dapat menyempurkannya. Ketiga, kompeten, yaitu mempunyai kemampuan akademik dalam persoalan yang diteliti dan kemampuan teoritik terutama dalam penguasaan metodologi penelitian.
D. Jeinis-jenis Penelitan.
            Penelitian dapat digolongkan kedalam beberapa bahagian bila dilihat dari bidang keilmuan, metode analisa yang digunakan dan kualifikasi yang dihasilkan.
1. Penelitian Berdasarkan Bidang Keilmuan.
            Penelitian berdasarkan bidang keilmuan kita dapatkan berbagai ragam, salah satu diantaranya adalah penelitian sosial yaitu penelitian yang objeknya berupa fenomena sosial, baik bidang politik, ekonomi, pendidikan, agama maupuan hukum. Penelitian ini terbagi dua bagian yaitu sosial kemasyarakatan, objeknya perilaku masyarakat dalam berpolitik, berekonomi, beragama dan lain-lain. Dan sosial budaya objeknya lebih abstrak seperti pemikiran , norma dan budaya.
2. Penelitian beruapa Metode Analisis
            Berdasarkan analisis yang digunakan, penelitian terbagi dua yaitu penelitian kualitatif dan keuantitatif. Penelitian kualitatif pada umumnya bertujuan untuk memahami (understanding) makna dari simbol perilaku masyarakat menurut perspektif masyarakat itu sendiri. Karena itu data penelitian kualitatif lebih bersifat naturalistik, metodenya induktif dan verstehen, pelaporannya bersifat deskriptif dan naratif. Sedangkan penelitian kuantitaif bertujuan untuk menjelaskan ekplanasi suatu fenomena menurut perspektif peneliti.
3. Penelitian Berdasarkan Kualifikasi Hasil
            Kalau dilihat dari hasil yang diharapkan, penelitian terbagi kepada penelitian dasar (basic research) betujuan untuk memperdalam ilmu secara teoritis. Dan penelitian terapan dalam rangkan mengatasi masalah nyata dalam kehidupan, usaha pengembangan kualitas program dan hidup.[3]
E. Ciri-ciri penelitian Ilmiah
            Paradigma positivistik bahwa penelitian ilmiah adalah penelitian terhadap setiap gejala atau fenomena yang memiliki karakteristik: empiris, teoritis, komulatif dan notesis. Maksud dari keempat karakteristik ini sebagai berikut:
  1. Empiris, artinya berdasarkan pengamatan dan penalaran dan hasilnya tidak spekulatif, maksudnya dapat diuji melalui fakta empiris untuk dapat dinyatakan sebagai penemuan ilmiah.
  2. Teoritis, artinya usaha untuk merangkumkan pengamatan dalam dalil absrak dan menerangkan hubungan sebab akibat dari suatu persoalan.
  3. Kumulatif, yaitu menerapkan teori-teori sosiologi yang dibangun diatas teori-teori lainnya baik bersifat mengoreksi, memperluas atau menyempurnakan teori lama.
  4. Nonetis, dalam menerangkan tindakan sosial tertentu peneliti tidak mempertanyakan baik atau buruk. Dalam hal ini peneliti harus bebas nilai (vulue free) artinya tidak memiliki pra kosepsi tertentu dalam menilai gejala atau realitas sosial. [4]





BAB I
PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN

1. Masalah Dalam Dunia Penelitian
            Setiap pelaksanaan penelitian selalu diawali oleh adanya permasalahan, kemajuan ilmu pengetahuan semakin meningkat bukan berarti bebas dari pemasalahan namun dengan pekembangan ilmu pengetahuan dan kemampuan masysrakan semakin meningkat, justru semakin koples pemasalahan yang muncul. Karena itu hakikat permasalahan adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan.
            Masalah dibidang pendidikan juga sangat banyak bahkan bisa dikatakan tak terhingga. Pada hakikatnya masalah merupakan segala bentuk pertayaan yang perlu kepada jawaban, atau rintangan, hambatan dan kesulitan yang perlu disingkirkan.

2.  Kepekaan Seseorang Terhadap Masalah
            Masalah terdapat dimana-mana termasuk dibidang pendidikan, namun tidak semua orang merasakan masalah pada sesuatu bidang tertentu. Kepekaan seseorang terhadap masalah sangat tergantung apakah ia mempunyai keahlian atau minat khusus pada bidang tersebut. Kerena itu ada sejumlah faktor yang mempengaruhi peka terhadap masalah:
  1. Spesialisai. Keahlian khusus pada sesuatu bidang akan membuat seseorang  peka terhadap masalah karena yang bersangkutan banyak berhubungan dengan yang dialaminya.
  2. Program Akademik. Biasanya seseorang yang telah menempuh jenjang akademik lebih mendalami bidang yang dikajinya. Atas dasar itu perlu kepada latihan-latihan untuk menempa kepekaan terhadap persoalan yang digelutinya.
  3. Bahan Bacaan. Banyak membaca akan meningkatkan pengetahuan seseorang dan akan menangkap informasi teoritis, konsep dan generalisasi yang dapat membuat seseorang bertambah pengetahuan dan wawasanannya, dengan sendirinya akan peka terhadap masalah.
  4. Analisi Terhadap Sesuatu Bidang. Seseorang menekuni sesuatu bidang akan berusaha mencari informasi senbanyak-banyaknya serta menganalisa persoalan-persoalan dengan baik dan mengamati dengan cermat. Cara ini juga membuat seseorang peka terhadap masalah.
  5. Memperhatikan Kebutuhan Sehari-hari. Kepekaan seorang terhadap masalah bisa saja muncul kerena kebutuhan mendesak, seperti seorang dosen merasakan ada ketimpangan prestasi mahasiswa dengan menggunakan metode tertentu, sehingga mempelajari dan memecahkan secara ilmiah, sistimatis dan logis. Pemecahan ini harus dengan menggunakan metode ilmiah.[5]

3. Masalah yang Layak Dijadikan Pokok Penelitian
            Seseorang yang hendak melakukan penelitian, pertayaan pertama diajukan ialah masalah apa yang diteliti. Untuk itu ada beberapa kriteria yangdapat dijadikan pokok masalah, sebagai berikut:
  1. Aktual. ialah persoalan yang diteliti masih baru dan berkenaan langsung dengan kepentingan serta situasi saat penelitian dilakukan, namun persoalan yang telah lapau layak juga diteliti seperti kajian masa lampau yang sifat historis untuk mebandingak masa lamapau dengan masa sekarang.
  2. Bernilai Praktis. Pelaksanaan penelitian harus dilihat sisi manfaatnya, kalau penelitian tidak menghasikan apapun hasilnya akan mubazir.
  3. Berada Pada Batas Kemampuan Peneliti. Seseorang yang tidak memiliki kemampuan dibidang masalah yang ditelitinya, dikhawatirkan hasilnya akan menyimpang bahkan sama sekali tidak mengena dengan fokus penelitian yang dilakukan. Batas kemapuan tersebut dapat dilihat dari beberapa indikator di bawah ini:
1.      Kemampuna akademis, artinya penelitian dilkukan sesuai dengan sepesialisasi ilmu yang dimiliki. Karena ahli nuklir tidak dapat mengahsilkan analis ekonomi dalam penelitian ekonomi.
2.      Kesanggupan Tempat dan Sarana. Orang indonesia tanpa didukung oleh sarana dan tidaka sanggup mengadakan sarana ddan prasarana tidak mungkin dapat melakukan penelitian baik didalam negeri maupun di luar negeri
3.      Kesanggupan Biaya, waktu dan Tenaga. Waktu dan tenaga banyak ditentukan oleh baiya, dalam pelaksanaan penelitian biasanya biaya sangat banyak terkuras ketika pengumpulan data, analisis data dan penulisan.
  1. Tidak Mengundang Pro Dan Kontra yang Bermuatan Politik. Hal ini perlu lebih hati-hati dalam mempublikasikan hasil penelitian, mengingat banyak kepentingan-kepentingan yang ikut membocengi dari hasil suatu penelitian. Apalagi seorang peneliti menggunakan sponsor untuk lancar proses penelitian yang akhirnya hasil penelitian lebih mengarah kepada dokrin dan keinginan para sponsor.



[1] Pof. DR. Imam Suprayogo, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), hal.1-6
[2] Suprayogo, Metodologi Penelitian …, hal. 6-7
[3]Suprayogo, Metodologi Penelitian …, hal. 7-9
[4] Ibid. hal. 10
[5] DR. H. Sudjarwo, Metodologi Penelitian Sosial. (Bandung, Bandar Maju, 2001), hal.1-3

0 komentar:

Posting Komentar