ABSTRAK
Perubahan kultural maupun sosial-keagaamaan merupakan bencana
globalisasi yang ditandai dengan modernisasi. Salah satu efek dari modernisasi
adalah pergeseran nilai. Untuk membendung pengaruh modernitas tersebut, maka diperlukan suatu
tindakan yang dapat menggeserkan pengaruh budaya luar. Salah satu tindakan yang
tepat adalah mensosialisasikan seni shalawat dalam setiap sendi kehidupan
masyarakat. Hal ini karena, selain mengandung nilai ibadah, shalawat juga
mengandung nilai dakwah Islam. Dalam penelitian ini, penulis ingin menemukan
suatu analisa tentang hakikat kesenian Islam dalam tinjauan dakwah, karakteristik
seni selawat dalam kesenian Islam dan peran seni selawat sebagai media dakwah
Islam. Permasalahan
tersebut penulis rangkum dalam skripsi ini yang berjudul “ Eksistensi Seni
Shalawat Sebagai Media Dakwah (Studi Analisis Terhadap Seni Shalawat
dalam Perspektif Dakwah Islam)”. Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk
mengetahui secara teoritis peranan seni shalawat sebagai salah satu media dakwah
Islam. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (Library
Research), yaitu sebuah metode yang berusaha menganalisis suatu masalah
dari teori-teori yang sudah ada dari buku-buku yang ada kaitannya dengan
pembahasan, kemudian menuangkannya, menganalisa di dalam sebuah deskripsi.
Hasil analisa penulis adalah seni shalawat memenuhi karakteristik dakwah Islam, karena shalawat mengandung tiga unsur yaitu: pertama, seni shalawat mengandung nilai 'ibadah dan tasbih, karena di dalamnya berisikan ajaran Islam mengenai shalawat terhadap Nabi Saw dan syair-syair yang sarat dengan tasbih terhadap Allah SWT. Kedua, shalawat sesungguhnya mengandung nuansa kesejukan dan cerminan dari sikap keberagamaan seseorang atau suatu kelompok. Dengan sendirinya, seni shalawat memberikan identitas atas kehidupan kaum Muslimin, yang dapat dilihat dan dirasakan oleh orang lain. Ketiga, shalawat mengadung syiar-syiar agama.
Hasil analisa penulis adalah seni shalawat memenuhi karakteristik dakwah Islam, karena shalawat mengandung tiga unsur yaitu: pertama, seni shalawat mengandung nilai 'ibadah dan tasbih, karena di dalamnya berisikan ajaran Islam mengenai shalawat terhadap Nabi Saw dan syair-syair yang sarat dengan tasbih terhadap Allah SWT. Kedua, shalawat sesungguhnya mengandung nuansa kesejukan dan cerminan dari sikap keberagamaan seseorang atau suatu kelompok. Dengan sendirinya, seni shalawat memberikan identitas atas kehidupan kaum Muslimin, yang dapat dilihat dan dirasakan oleh orang lain. Ketiga, shalawat mengadung syiar-syiar agama.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Sebagai salah satu hasil kebudayaan manusia dalam
rangka mengaktualisasikan dan mengekspresikan pengalaman keindahannya, kesenian
berperan sebagai media dakwah yang diciptakan oleh manusia berdasarkan apa yang
terjadi dan terbentang di alam, yang selanjutnya menumbuhkan
emosionalitas-imajinasinya.
2.
Seni shalawat merupakan
benteng dalam upaya melestarikan kesenian Islam yang sesungguhnya, karena seni
shalawat dapat menyatukan umat Islam dalam satu wadah kesenian yang sama dan
tidak dilarang oleh agama.
3.
Sebagai salah satu media penyampaian dakwah Islam,
seni shalawat mempunyai peran yang sangat signifikan dalam menciptakan
perubahan pola kehidupan yang telah diwarnai oleh berbagai ketimpangan, karena seni shalawat mengandung tiga unsur yaitu;
pertama: 'ibadah dan tasbih, kedua: nuansa kesejukan dan cerminan dari sikap
keberagamaan seseorang atau suatu kelompok sehingga dengan sendirinya seni
shalawat memberikan identitas atas kehidupan kaum muslimin, ketiga: shalawat
mengadung syiar-syiar agama.
B. Saran-Saran
1. Sebagai Muslim kita
harus mampu mengakulturasikan budaya luar sedemikian rupa agar tidak menyaingi
kebudayaan Islam dan harus mampu memfilterisasi budaya luar agar kesenian Islam tidak tergeser
oleh perubahan masa.
2. Upaya mensosialisasikan shalawat ke dalam kehidupan masyarakat
dapat dimulai dari lingkungan keluarga. Karena shalawat sebagai seni juga dapat
berfungsi sebagai media tarbiyah anak-anak. Dengan membiasakan anak-anak
membaca shalawat, maka dengan sendirinya akan terbentuk satu komunitas yang
memiliki indentitas yang unik dan bernilai.
3. Kepada orang tua hendaknya membimbing putra-putri dengan
memperkenalkan kesenian yang mendapat legalitas syari’at.
4. Kepada kaum remaja
hendaknya menajdikan seni shalawat sebagai bagian kesenian yang bernilai ibadah
dalam kehidupan mereka, dengan cara menyemarakkannya baik melalui majelis
taklim, surau, mesjid dan lembaga pedidikan.
0 komentar:
Posting Komentar